Keresahan yang pernah kita rasakan itu adalah bagian dari kehidupan yang indah apabila selalu kita nikmati dan bersyukur, dan cerpen ini adalah salah satu hasil tulisan yang dibikin salah satu personil Apel G yang mungkin bagi temen-temen juga pernah merasakan keadaan seperti di cerita ini.
” RESAHKU ”
Dikala itu senja
mewarnai langit, ditengah hembusan angin yang begitu tenang menghangatkan jiwa
yang merasakannya, seorang pria tinggi putih dengan bibir tipis menatap seorang
wanita dengan mata terindah yang tepat berada didepannya.
“FIO… “
“Ya….”
“Tutup matamu..”
”Kenapa?”
Dengan senyuman
yang manis pria itu menyuruhnya kembali untuk menutup matanya.
”Hanya sebentar,
Tutuplah matamu..”
Tanpa berkomentar
apa-apa lagi Fio pun menutup matanya. Dan pria itu sejenak terus memandangi
wajah wanita yang sangat ia cintai yang sudah ia pacari selama setahun
belakangan ini.
”Buka matamu,
sekarang bukalah matamu..”
Fio pun
pelan-pelan mulai membuka matanya, dengan nada tersentak ia menyebut nama pria
yang tepat berada didepannya.
”Langit, apa
maksudnya ini?”
Tepat
dihadapannya, sebuah kotak putih berisikan sepasang cincin berwarna perak
dengan permata putih ditengahnya.
”Perlukah aku
menjelaskannya lagi.”
”Tapi.. tapi aku benar-benar enggak mengerti
apa maksudnya ini?”
“Aku mau
kita lebih serius menjalani hubungan ini, maukah kamu menjadi tokoh utama dalam
hidupku?”
Binar-binar
air mata mulai membasahi bola mata yang indah itu, diam dan terus menatap pria
yang ada dihadapannya.
“Aku tidak
menolak dan tidak juga menerimanya, kamu tau masih ada tanggung jawab yang
harus aku selesaikan. Disini aku masih terikat kontrak dengan pekerjaanku dan
aku juga harus menyelesaikan kuliahku sampai selesai, bisakah kamu sedikit
lebih bersabar untuk menungguku?”
Tiba-tiba
pelukan hangat tersandar ditubuhnya.
“Iya.. aku
akan bersabar menunggumu, tapi setidaknya terimalah cincin ini sebagai tanda
bahwa kamu setuju menjadi tokoh utama dalam hidupku nanti.”
Kemudian,
terdengar suara dengan nada yang sedikit lega didalam pelukan seorang pria yang
sangat ia cintai.
“Terimakasih...”
“Terimakasih
sudah mau menungguku.”
Pria itupun
melepaskan pelukannya dan kembali menatap wajah Fio sambil tersenyum kecil
padanya.
“Iya..”
Terdiam
sejenak, cincin itu sudah melingkar indah dijari manis Fio.
Sungguh
indah senja ini, dimana suasana hati dan fikiran bekerjasama dengan baik. Ingin
rasanya waktu ini menjadi waktu yang tepat dimana aku bisa menjadi tokoh utama
dalam hidupnya, tapi itu hanya sebuah keinginan semata karena waktu ini bukan
waktu yang tepat.
Setahun
kemudian setelah senja itu, Fio menjalani hubungan cintanya bersama Langit
dengan long distance atau cinta jarak jauh. Yah, karena ada suatu pekerjaan yang
mengharuskan Fio untuk pindah kekota lain. Tapi setelah berjalan dua tahun
belakangan, hubungan yang sudah terjalin mulai ada kerenggangan. Langit mulai
sering posesif dan over protective, tidak seperti dulu yang sabar dan selalu
percaya menjalani hubungan ini.
Fio mulai
bertanya-tanya pada dirinya sendiri, ada apa ini? Kenapa dia jadi seperti ini? Aku tidak pernah melakukan
apa-apa hal-hal yang membuatnya tidak senang dan aku tidak melakukan kesalahan
ataupun tidak setia. Perbincangan itupun dimulai lewat telepon.
”Kamu kenapa?”
”Apa aku
menyakitimu?”
”Kamu telepon aku
selalu jawab, kamu sms aku balas, kemanapun aku pergi aku selalu kabari kamu,
apa yang membuatmu jadi seperti ini?” ini sungguh-sungguh buat aku tidak
mengerti.”
”Kamu yang
membuatku seperti ini, kamu tidak serius menjalani hubungan ini, terlalu santai
dan tidak mengkhawatirkan aku.”
”Salah, kamu
beranggapan seperti itu. Aku sama sekali tidak santai menjalani ini. apa yang
sudah menjadi komitmenku selalu kujalani dengan serius.
”Tapi itu tidak
terlihat olehku.”
”Aku benar-benar
bingung dengan jalan fikiranmu, aku tidak melakukan kesalahan apapun tapi jalan
fikiran dan kata-katamu memojokanku seakan-akan aku melakukan kesalahan.
Jeglek!
Tuuuuuutt..... telepon pun terputus dengan tiba-tiba dan beberapa saat kemudian
ada pesan singkat masuk dan itu dari Langit.
”Aku cape...
Maaf”
Hening ditengah
ramainya suara kendaraan yang melintas didepan rumah kosan yang menjadi tempat
tinggal Fio. Setelah membaca pesan singkat itu, begitu banyak yang tak dapat
dimengerti, bagaimana aku harus belajar memahami situasi seperti ini? Berbagai
macam pertanyaan itupun terus berdatangan mengisi hati hingga membuatnya begitu
resah memikirkan jawabannya.
Tiga hari telah
berlalu, setelah sms itu tidak ada lagi kabar dari Langit. Ditelepon enggak
aktif, disms pending. Dia benar-benar menghilang dan tidak
ada kabar sama sekali. Fiopun mencoba menghubungi mamanya Langit yang kebetulan
juga sudah mengetahui dan merestui hubungan mereka.
“Assalamualaikum..”
“Waalaikumsalam, eh nak Fio apa kabar?”
“Alhamdulillah baik tante, Tante sendiri
apa kabar?”
“Alhamdulillah tante baik-baik saja, ada
apa nak Fio tumben telepon tante?”
“emmm.. iya, ini
Langitnya ada tan?”
”Langit? Udah
beberapa bulan ini dia jarang pulang kerumah, katanya lagi banyak kerjaan
dikantor jadi lebih sering dikosan, paling hanya sabtu-minggu kesini dan itu
juga sebentar. Ada apa ya nak Fio?
”Eh.. enggak
apa-apa tan, ya sudah kalau gitu makasih ya tante maaf ganggu.”
”hehehe.. enggak
apa-apa nak Fio, kamu baik-baik ya disana.”
”iya.. makasih ya
tante, Assalamualaikum.”
”iya.. sama-sama,
Waalaikumsallam.”
Sambil mengotak
atik contact number yang ada dihandphone, Fio pun mencoba untuk
menelpon teman terdekatnya Langit.
”Hallo.. wendi?”
”ya, ada apa
Fio?”
”Kamu tau Langit
dimana?”
”Langit? Kamu
masih sama Langit? Loh.. Bukannya kalian udah lama udahan yah?”
Ruangan ini yang
begitu luas tapi tiba-tiba saja begitu terasa sesak hingga tak sanggup lagi
untuk bernafas.
”Maksudnya?”
”Iya, Langit
sekarang lagi jalan sama Mita. Dia bilang waktu itu katanya kalian udahan.”
”gubraakk....
Handphone ditangan sudah jatuh berantakan dilantai dan telponpun terputus. Air
mata sudah tak tertahankan lagi, jadi pesan singkat itu adalah pesan terakhir
darinya yang artinya hubungan ini tidak ada kelanjutannya lagi.
”Kenapa harus
begini? Sungguh keterlaluan, Jadi slama ini kau memojokanku dengan sikapmu
hanya untuk menutupi kesalahan yang kau perbuat. Kenapa aku harus mengetahui
ini dari orang lain? kenapa kau tak jujur saja padaku, kenapa.. kenapa..
kenapa..?”
Fio terus saja
menangis memegang dadanya untuk menahan rasa sakit yang sudah terlalu sesak
memenuhi seluruh ruang dihatinya. Terlalu banyak pertanyaan yang timbul
dibenaknya yang ia tak mengerti, kesalahan apa yang ia perbuat hingga
membuatnya begitu terluka seperti ini.
Dibawah senja
yang kelam dan kelabu Fio masih terus saja bertanya pada dirinya sendiri,
kesalahan apa yang ia perbuat hingga membuatnya begitu terluka. Mungkinkah
selama ini dia tidak mengerti dan sadari bahwa ternyata cinta ini tlah mati.
”Wahai senja,
Inikah jawaban keresahanku selama ini. Tanpa kusadari ternyata cinta ini t’lah
mati. Dan hingga pada saat dia tinggalkankan, hatikupun hanya bisa menangis.
Karena kutau saat ini dan sekarang aku bukan tokoh utama lagi dalam hidupnya.
Komentar
Posting Komentar