Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Come to Allah, Talk to Allah
Come to Allah, Talk to
Allah
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Allaahumma shallii ‘alaa Sayyidinaa Muhammad wa ‘ala aali Sayyidinaa Muhammad.
Nastaghfirullaahal ‘adzhiim wa natuubu ilaih. Walhamdulillaahi rabbil
‘aalamiin.
Selamat datang buat
Peserta KuliahOnline lama dan baru. Mungkin peserta baru bingung. Koq langsung
Mukaddimah Kuliah Tauhid II? Mana Kuliahnya? Buat yang lama yang sempat
berinteraksi dengan Kuliah Tauhid, Kuliah Tauhid tersebut sudah kami bukukan
menjadi sebuah buku dengan judul yang sama: Kuliah Tauhid. Warna covernya
kuning. Itulah Kuliah Tauhid I. Semoga bermanfaat. Saudara yang belom sempat
mengikuti dari awal Kuliah Tauhid I, bisa menyelesaikannya lewat buku tersebut.
Sementara Saudara yang baru mendaftarkan diri di Kuliah Online, yang otomatis
ketemunya langsung dengan Kuliah Tauhid II, ga usah khawatir. Silahkan baca
juga Kuliah Tauhid versi buku, insya Allah nyambung. Pun, kalau tidak, dalam
artian Saudara tetap mengikuti langsung yang Kuliah Tauhid II ini, sebagai
modul wajib Kuliah Dasar yang Saudara harus ikuti insya Allah mudah-mudahan
tujuannya tercapai. Yakni memperkenalkan Allah sehingga muncul keyakinannya,
tauhidnya, kepada Allah yang bagus, yang tinggi, sebagai modal juga menjalani
hidup dan kehidupan ini.
Beberapa materi di Kuliah Dasar, bukan hanya Kuliah Tauhid, sudah dijadikan buku. Sedikitnya sampe akhir Desember 2012 ada 3 materi yang dibukukan. Kuliah Tauhid itu sendiri, Undang Allah Saja, dan Boleh Ga Sih Sedekah Ngarep. Namun saya masih mau mengajar. Karenanya semua yang sudah dibukukan saya bikinkan kemudian “versi II” nya. Tapi ini bukan lanjutan. Sebab basic materinya tetap sama. Hanya pendekatannya yang berbeda. Insya Allah tetap terasa baru, atas izin Allah. Buat yang sudah mengikuti Kuliah Tauhid I, insya Allah ini juga merupakan wawasan baru yang mudah-mudahan menambah lengkap wawasan tentang tauhid. Aamiin. Selamat mengikuti.
***
29 November 2001, Wirda
lahir. Dari awal istri saya hamil, sampe melahirkan, saya sebagai ayah mencari
rizki. Bukan ga nyari. Tapi yah, kata orang: “Kalo belom rizkinya, ya susah.” Tapi
benarkah rizki itu emang susah kalo belom waktunya...? Kita coba belajar dari
kisah demi kisah dan pembelajaran Kuliah Tauhid II. Apakah bukan karena emang
seperti saya? Salah “rundown” mencari rizki. Allah bukan sebagai pusat. Allah bukan
sebagai tempat dituju dan menuju. Sandarannya adalah selain Allah. Kita sering
atau kerap menyebutnya sebagai ikhtiar. Seperti saya.
Ya. Seperti saya, Saya
merasa, ada yang salah dalam langkah saya mencari rizki. Sehingga saya larut
dalam keyakinan orang kebanyakan. “Kalo belom rizkinya, ya susah.”
Ini jelas salah. Di
Kuliah Tauhid I, saya mengatakan, “Ga dapat rizki pun, itu rizki.” Sebab salah
mengartikan bahwa harus berhasil bawa uang, dapat uang, sebagai wujud
satu-satunya rizki. Cara
berpikir yang salah,
mengakibatkan kesimpulan yang suka salah juga. Apalagi saya bener-bener merasa
salah saat itu. Salah langkah. Kurang bener langkahnya. Sehingga “duit” yang
dibutuhkan, bukan Allah. Nyari duit, lebih susah ketimbang nyari Allah. Nyari
Allah gampang banget. Dan Jalan-Nya, banyak sekali. Ga seperti yang kita
bayangkan. Saya saat istri saya hamil, punya dosa sama beliau. Saya bawa ke
sana, saya bawa ke sini. Nemuin manusia. Tapi untuk ketemu Allah, duh¸ ga
seperti saya membawa ketemu manusia. Perjalanan jauh Jakarta – Bogor, saat itu,
yang tidak ada kendaraan roda empat, mengandalkan bus pula dan atau motor,
menjadi lebih menarik dan lebih gigih saya jalani. Dan saya bawa istri saya
lagi! Dalam keadaan hamilnya. Masya Allah. Jakarta – Bekasi juga. Ya Allah.
Kalau ingat, tentu berasa sekali perut besar, usia pun beliau, 16 tahun saat
itu, hamil tua, harus bermotor-motor ria. Maasyaa Allah, kalo inget, jadi malu
sendiri. Jalanan jelek berlobang, gerimis, menjadi bumbu kepahitan orang yang
ga kenal Allah seperti saya. Karena itulah, saya buka kembali atas izin Allah
Kuliah Tauhid II. Sebagai lanjutan Kuliah Tauhid I. Kuliah Tauhid I sudah
dibukukan atas izin Allah. Alhamdulillaah. Nah, karena Kuliah Tauhid I sudah
dianggap selesai, sementara saya masih banget merasa kurang belajar dan mengajar
tentang tauhid, saya buka lagi Kuliah Tauhid II.
29 November 2011,
setelah shubuh, Wirda lahir. Duit belom ada. Dan pikiran saya masya Allah,
masih duit, duit, dan duit. Padahal sekali lagi, Allah punya buanyak cara,
buanyak jalan. Bisa saja kan Allah hadirkan cara lain. Misalnya dibebaskan
biaya oleh bidannya, dan lain sebagainya. Tapi fokus saya, salah. Bukan Allah
dengan segala Pertolongan dan Kemudahan-Nya. Tapi malah duit.
Ini pula yang menjadi
penyebab mereka yang punya hutang, lama sekali selesai hutangnya. Fokusnya
adalah duit. Kalo ada duit, baru masalah, menurut mereka, selesai. Kecil sekali
Allah, untuk menolong mereka, harus dulu mereka punya duit. Ga gitu. Sungguh ga
gitu. Ini pula yang mendorong mereka yang ga punya kerjaan, ga punya usaha,
lalu juga ga punya makanan, sedang mereka punya anak istri belom makan sedari
siang, lalu melangkah ngutang. Melangkah pinjem. Atau melangkah minta.
Pikirannya fokus pada duit dan makanan. Bukan kepada Allah. Ga mulia. Yang ada
sering jadi hina. Bahkan salah-salah, bisa melakukan perbuatan yang salah yang
tidak diridhai Allah. Bahkan bisa bertambah-tambah sulitnya. Sering saya
ceritakan, bagi Allah, cara menjawab kesusahan kita, benar-benar buanyak. Ga kebayang
dah banyaknya sama kita. Ga kebayang.
Salah satu dari mereka
yang kelaparan itu, berdoa, lalu keluar rumah ambil sapu. Nyapuin jalanan.
Lihat. Kelihatannya kan ga nyambung. Bukan cari utangan, atau cari kerja apa
keq yang bisa langsung “bertransaksi”, ini malah ambil sapu, lalu nyapu
jalanan. Kanan ke kiri, kiri kanan. Baru sebaris, baru dari kanan ke kiri, anak
sudah manggil: “Pak... Dipanggil ibu. Suruh makan dulu...”. Ya, sangat bisa
terjadi Allah mengirimkan orang-Nya, yakni hamba-Nya, untuk mengirimkan
makanan. Lihat, ga usah selalu harus butuh duit. Dan masih banyak lagi kisah
pembelajaran yang bisa kita pelajari insya Allah di Kuliah Online
Kuliah Tauhid II.
Saya melihat saya.
29 November 2001,
sebagai lelaki, sebagai suami, saya merasa harus keluar. Harus jalan. “Kemana
sajalah. Yang penting keluar. Yang penting usaha. Yang penting ikhtiar.” Taaaaapppiii...
Tunggu dulu... Ada juga soal yang tidak kalah pentingnya. Kalo engga, maka keluarnya
menjadi sia-sia. Usahanya menjadi sia-sia. Ikhtiarnya juga akan sangat panjang.
Lihat ya, saya ga belajar dengan 9 bulan saya “mencari rizki”. Ga belajar. Kan
sama tuh. Nyari juga, keluarga juga, ikhtiar juga. Hasilnya? Maasyaa Allah.
Lewat sepenggal kisah mukaddimah, Saudara jadi tahu, kalau saya sampe Wirda
lahir, tetep ga megang duit.
Masa saya ga mau
belajar?
Ya, tapi saya ga bisa
belajar, kecuali Allah Yang Mengajarkan...
Hari itu saya pamit...
Pamit kepada istri saya,
pamit kepada anak saya yang baru lahir. Dan pamit kepada Saudara semua...
(+) Loh, koq kepada
Saudara semua? Kepada kami maksudnya? Kepada Peserta KuliahOnline...?
(-) Ya. Kepada Saudara
semua... Mau pamit. Segini aja dulu mukaddimahnya. Tar saya sempurnakan dengan
izin Allah lewat audio Mukaddimah Kuliah Tauhid II.
(+) He he he, udah rada
hafal nih. Hafal dengan gayanya Yusuf Mansur... Kayak begini. Bilang aja: Ada
urusan. Sampe segini dulu ngajarnya...
(-) He he he, engga.
Beneran. Sampe segini aja dulu. Renungin aja dulu paragraf demi paragraf di
awal. Itu aja banyak pelajarannya. Toh, bisa Saudara denger penyempurnanya di audio
tersebut. Silahkan didownload. Supaya Saudara aktif juga, he he he. Belajar koq
pengennya disuapin, he he.
(+) Okke deh. Iya juga.
Sampe ketemu di pelajaran pertama nanti kalo gitu ya...
(-) Iya. Makasih buat
semua sahabat yang sudah bersedia mengikuti KuliahOnline dengan berbagai
kanalnya. Sekali lagi, Saudara yang kepengen mengetahui sedikit lanjutannya
dari mukaddimah ini, bisa denger audionya. Atas izin Allah, saya sempurnakan di
audio tersebut.Download aja audio mukaddimah kuliah tauhid II.Sampe ketemu
nanti ya. Di pembelajaran berikutnya, pekan depan, insya Allah.
Salam, Yusuf Mansur.
Tugas:
Buat highlight beberapa
kalimat yang bisa diambil sebagai intisari dari tulisan mukaddimah ini, yang
ada kaitannya dengan tauhid. Bisa langsung berupa penggalan kalimat tertulis.
Bisa
pula dengan kalimat
sendiri.
Saya kasih contoh:
“Jangan fokus kepada
hutang. Fokus kepada Allah. DIA Yang Mengizinkan kita berhutang.”
“Diberi anak, adalah
izin Allah dan Kehendak Allah. Maka mintalah biayanya juga dari Allah.”
(He he he, demen nih
saya kalimat kayak begini).
Paham ya? Silahkan.
Minimal 3 kalimat intisari. Kirimkan ke: modul kirim tugas. Terima kasih ya.
Jangan lupa…
Share tulisan ini ke
sebanyak-banyaknya orang dengan cara-caranya Saudara. Dorong pula mereka
mendaftarkan diri langsung nih Kuliah Online. Langsung jadi peserta
KuliahOnline. Jadi Onliners, begitu kami menyebutnya. Insya Allah lebih berkah,
dan menjadi yang pertama menshare dari file asalnya sendiri. Khusus soal share
men-share, Saudara adalah istimewa. Pertama kali saya kirim materi-materi belajar
adalah ke Peserta Kuliah Online. Baik tulisannya maupun audio dan videonya.
Saya berharap, semua
kemudian bergerak kopi mengkopi dan kirim mengirim kepada yang lainnya. Ada
yang bilang, “Wuah kalo gitu ga usah ikutan KuliahOnline. Sebab bayar. Tunggu
aja
share dari yang lain”,
gitu. Sebagiannya bilang. “Ya, silahkan saja. Itu juga ada pahala dan kebaikannya
tersendiri. Namun, menjadi yang pertama kali men-share juga punya satu keunikan
mata rantai kebaikan tersendiri. Subhaanallaah.”
(+) Oalah, itunya
bisa-bisanya Ustadz Yusuf Mansur.
(-) He he he, ya
terserah dah.
Khusus tentang bab
share-menshare, atau berbagi file dengan yang lain, berikut saya lampirkan
catatan saya:
Silahkan Share Kuliah
Ini…
Dengan cara yang cerdas,
sedikit-sedikit, dan dirawat. Saya menyeru kepada semua peserta KuliahOnline.
Sesiapa yang mendapatkan ilmu, pengalaman, pencerahan, spirit, motivasi dari
sesi-sesi KuliahOnline ini, mudah-mudahan berkenan membagi lagi kepada yang
lain. Agar bertambah-tambah pahala kebaikan kita bersama. Tapi saya
mengingatkan, untuk tidak terlalu murah, sekedar mensharenya membabi buta. Maen
share begitu saja. Sebab nantinya ia akan jadi barang yang “tidak berharga”.
Kita-kita sering koq dapat pelajaran-pelajaran berharga yang seliweran di
Facebook dan di BB.
Namun masya Allah,
kita-kita sering menjadikannya sampah. Sebabnya apa? Sebabnya tidak ada
perlakuan khusus. Jadi janganlah mensharenya begitu saja. Bina lah yang
dishare. Kalau perlu sharenya sedikit-sedikit. Dicicil. Saudara mendapati
materi demi materi berhalaman banyak. Jangan langsung dishare semuanya.
Sedikit-sedikit. Jangan sekali banyak, apalagi langsung sekian judul. Nanti
malah ga dibaca. Pelan-pelan. Sambil memastikan yang dikasih materi, yang
dibagi ilmu, mengikuti juga. Saya sendiri melarang berat Saudara sekedar mengoleksi
perkuliahan ini sebagai koleksi belaka. Sayang. Dipelajari betul. Maka ketika
saya meminta Saudara memasyarakatkan isinya, membagi isinya, membagi ilmunya,
tetap kondisikan sharing yang sifatnya personal. Man to man. Perseorangan atau
kelompok. Misalnya Saudara membuka forum diskusi untuk kawan-kawan kantor,
bahannya adalah bahan ajar di KuliahOnline ini atau bahan-bahan dari
Offline Class. Lalu Saudara share ke mereka, agar dibaca dulu. Syukur-syukur
Saudara ajak mereka daftar secara resmi.
Adapun registrasi dan
biaya yang muncul akibat KuliahOnline ini, mudah-mudahan sebagaimana doa saya,
ada keridhaan dari Saudara-saudara semua sebagai sarana buat saya dan yang
terlibat di KuliahOnline ini mencari rizki yang halal dan sebagai dana untuk operasional
penyelenggaraan dan pengembangan KuliahOnline ini. Tapi sesiapa yang tiada punya
kemampuan untuk melakukan registrasi, atau ada hambatan-hambatan teknologi, fisik
dan keilmuan, maka kepada merekalah kita berbagi ilmu yang sudah didapat ini
denganmemperhatikan apa yang saya sarankan di atas. Sungguh, insya Allah kita
sama-sama berjuang agar keridhaan Allah betul-betul kita dapatkan. Saudara
ridha terhadap kami, dan kami ridha terhadap Saudara.
Salam hormat, Yusuf Mansur. Follow twitter saya: @yusuf_mansur. Jazaakumullaah ahsanal jazaa. Semoga Allah membalas Saudara semua dengan sebaik-baiknya pembalasan.
Ony Jita
Postingan Populer
Contoh AD ART IKASKA (Ikatan Alumni SMK Negeri 1 Kandeman)
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar