Terkadang apa yang kita inginkan tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, tapi itu adalah bagian dari kehidupan yang harus tetap kita jalani di dunia ini. Waktu itu misteri dan kesuksesan harus kita kejar dengan semaksimal mungkin dan semuanya akan indah pada waktunya. Cerpen kali ini saya ambil dari tukang Gebuk ''Apel G" yang menceritakan tentang sebuah perjalanan kehidupan seseorang. Selamat membaca
PERJALANAN
Kringggg...Terdengar suara telepon dari ruang tengah. Mellody yang sedang tiduran langsung menyambar gagang telepon.
“Hallo”.
“Heii
Mel. Lagi pulkam ya? Wah nggak kasih kabar nih. Sombong deh
mentang-mentang udah jadi artis. Lupa sama temen lama”. Cerocos orang di
seberang.
“Eh Rendy, Sorry Ren. Aku mendadak ini pulangnya. Ada
manggung di Surabaya kemarin jadi aku mampir pulang sebentar. Kamu
seenaknya banget deh nuduh orang. Yang jadi artis juga sapa?” Jawab
Mellody sewot.
“Nah itu kamu udah pernah nongol di TV . Udah jadi artis sekarang.”
“Ya
elah,apaan si? Itu cuma beberapa kali doang pas promo aja. Lagian
siapapun aku sekarang , aku bukan orang yang bakalan lupa temen lama
kok.”
“Hehe iya aku percaya kok Mell. Oiya
minggu depan datang nggak ke acara reuni SMA kita?” Tanya Rendy.
“Mm, belum tau Ren. Lihat sikon. Entar dikabarin ya”.
“Yahhh..OK deh Mell. Aku tunggu kabarmu. Bye!”
“Bye”.
Mellody
menutup gagang telepon dengan lemas. Tiba-tiba pikirannya melayang. Dia
bingung apakah dia harus datang ke acara reuni minggu depan. Si Dion
yang keheranan melihat tingkah laku adiknya itu langsung menghampiri.
“Kamu mikirin apa Mel?” Tanya Dion dengan heran.
“ Ini Bang, ada undangan reuni SMA minggu depan. Aku bingung”.
“Bingung kenapa? Datang ajalah. Bukannya udah lama banget kamu nggak ketemu temen-temen SMA mu?”
“Iya si Bang. Mellody kangen sama mereka. Cuma Mellody minder”.
“Minder kenapa?”
“Yang
aku denger, temen-temen aku itu lulusan universitas favorit semua,
bahkan udah banyak yang kerja sekarang.” Jawab Mellody nggak bergairah.
“Haha..salah sendiri. Siapa yang suruh kamu merantau ke
Jakarta? Ninggalin kuliah Cuma demi musik?” Jawab Dion sembari berlalu.
Mellody terdiam.
Hari
ini adalah hari-H pelaksanaan reuni. Mellody datang bersama Rendy
sahabatnya. Begitu mereka berdua memasuki gerbang sekolah, serentak
beberapa teman lama menyambutnya dengan heboh. Mellody menyebut
perlakuan itu semacam berlebihan.
“wah..ada mbak artis. Selamat datang”. Sambut beberapa teman Mellody.
“Aih jangan begitu ah. Nggak asik tau”. Balas Mellody yang mulai badmood.
Dan
merekapun terhanyut dalam suasana reuni, melepas rasa rindu di hati
mereka. Sesekali terdengar canda tawa mereka yang sedang membahas
kekonyolan di masa SMA.
“Eh Mell, selain manggung sibuk apa? kok udah jarang nongol di TV?” Tanya Handry teman satu band Mellody dulu.
“ Nggak ada Han. Sehari-hari ya latihan, bikin lagu, sama manggung off air aja”. Jawab Mellody.
“Beruntung ya jadi kamu bisa sukses dengan apa yang kamu impikan.
Kalo aku udah nggak main musik lagi.”
“ Kamu udah nggak main gitar?” Tanya melody heran.
“Iya. Aku sibuk sama kuliah kedokteranku jadi udah nggak ada waktu buat main musik”.
“Eh kamu kedokteran juga Han? Spesialis apa? Aku kedokteran gigi. Tanya Tian teman Mellody yang lain.
Perlahan-lahan
suara obrolan itu samar. Dan Mellody kembali terdiam. Bermain dengan
pikirannya sendiri. Merenungi perjalanan hidupnya sampai detik ini yang
bersikeras untuk berjuang di musik. Kadangkala dia merasa yakin, namun
tidak jarang pula dia merasa takut kalau-kalau dia telah salah mengambil
keputusan.
Hari ini adalah hari terakhir Mellody di kampung
halaman. Besok dia harus kembali ke kota perantauan untuk kembali
memperjuangkan musiknya.
“Ma...”.
“Ya, sayang. Ada apa?” Jawab mama dengan lembut.
“Mama malu nggak punya anak Mellody?” Tanya Mellody lirih.
“Kamu ngomong apa to nak?” Jawab mama heran.
“Kemarin
Mellody reunian ma, ketemu teman-teman SMA. Mereka udah pada sukses.
Lulusan kampus favorit. Udah banyak yang kerja...jadi dokter, dosen,
arsitek..”.
“Trus?” Mama menunggu lanjutan cerita Mellody.
“ Ya aku minder Ma”. Tiba-tiba air mata menetes di pipi Mellody.
“
Mereka udah kerja Ma, udah bisa menghasilkan uang buat orangtua mereka.
Membuat orangtua mereka bangga. Sementara aku? Kerjaanku di musik juga
masih begini-begini aja. Uang dari manggung cuma cukup buat
sehari-hariku di Jakarta. Kadang malah mama masih mengirimiku uang. Aku
belum bisa buat mama bangga. Belum bisa kirim uang bulanan buat mama”.
Tangisan Mellody pun tak terbendung lagi.
“
Apalagi dimata mereka aku ini seorang artis yang semua serba ada.
Dikira aku udah punya banyak uang dan mereka lihat hidupku enak. Bahkan
kemarin pas reuni ada yang bilang katanya aku artis tapi kok naik motor
butut? Sementara teman-temanku naik mobil mewah. Aku nggak tahan
Ma”.
Dengan penuh kasih sayang mama memeluknya erat, membelai rambut, dan mengusap air matanya.
“Nggak
sayang, ini baru awal perjuanganmu. Mama paham betul kamu berjuang
begitu gigih demi cita-citamu di musik. Jangan berhenti karena
kegagalanmu kemarin. Mama Cuma ingin kamu terus berjuang tanpa
perdulikan hal-hal yang mengganggu konsentrasimu. Kamu memilih musik
karena itu impianmu. Menjadi musisi tidak harus terkenal nongol tiap
hari di TV. Nanti akan datang waktu yang tepat. Setiap orang memiliki
jalan hidupnya masing-masing Nak”.
“Maafin Mellody ya Ma. Mellody
yang udah memutuskan hidup merantau dan jauh dari keluarga ini. Mellody
takut kalau semua ini akan jadi sia-sia. Mama tahukan? Persaingan di
dunia musik sangat ketat”.
“ Mama selalu mendukung keputusanmu Nak.
Jangan lupa selalu bersyukur. Mama hanya bisa memberikan doa restu
kepada Mellody. Dan suatu hari kamu akan menyadari sesuatu.”
“Menyadari apa
Ma?” Tanya Mellody ingin tahu.
“Mellody akan tahu sendiri nanti”. Jawab mama dengan senyum.
Hari
ini Mellody kembali berjuang dengan semangat yang luar biasa. Banyak
energi baru yang dia dapat setelah kepulangannya kemarin. Dengan modal
doa restu dari orang tua, Mellody pun dapat bertahan di kota jakarta,
dimana orang selalu menyebutnya sebagai kota yang kejam.
Setahun
berlalu dari hari itu. Dan begitu banyak hari-hari berat yang dilalui
Mellody bersama teman satu bandnya. Hari ini adalah tahun ke-5 mereka
merantau ke Jakarta. Dan tepat di hari ulang tahun band mereka yang ke-8
tahun, Tuhan memberikan hadiah kepada mereka. Single terbaru mereka
berhasil menempati urutan pertama di RBT maupun chart-chart radio.
Semakin banyak orang yang mendengar musik mereka. Dan tentunya hal itu
membawa perubahan besar dalam hidup mereka.
“Mamaaaa...Mellody kangen bangetttt”. Teriak Mellody begitu bertemu mamanya di bandara.
“Aih ini
anak udah tua masih aja kayak bayi. Dasar bayi tua”. Kata mama sambil memeluk dan mencium anak bungsunya itu.
“Maaa, aku udah paham apa yang mama maksud waktu itu”. Kata Mellody sambil berjalan mengiringi mamanya.
“Yang mana?” Tanya mama dengan heran.
“Mama pernah bilang kalau suatu saat aku akan menyadari sesuatu. Dan...aku tahu sekarang”.
“Apa memangnya?” Tanya mama heran.
“Mellody
sadar, ternyata kesuksesan itu nggak selalu diukur dari materi yang
kita dapat. Sukses itu tidak selalu memiliki banyak uang”. Kata Mellody
dengan bijaksana.
“Syukurlah. Mama bangga sama kamu Nak. Apa yang udah kamu dapat dari kota ini?”
“Banyak
Ma. Aku memperoleh banyak pelajaran hidup, aku bangga menjadi diriku
sendiri, dan aku sangat menikmati proses ini”. Mellody tertawa kecil
mengenang masa-masa sulitnya.
“Dan yang terpenting, Tidak ada yang sia-sia dari semua yang kamu lakukan. Dan wujud kesuksesanmu
adalah kamu sekarang menjadi anak mama yang mandiri.” Kata mama sambil tersenyum sembari memeluk anak kesayangannya itu.
“Iya
ma, Makasih atas doa restu dan kepercayaan mama buat Mellody selama
ini. Dan... Mellody nggak akan pernah lupa dengan si motor butut”.
Ibu dan anak itupun tertawa dan berjalan menuju mobil pribadi yang telah menunggu mereka.
By: Rya Obenx Apel G
Ony Jita
Komentar
Posting Komentar