Langsung ke konten utama

Unggulan

CONTOH PUISI ANAK SD

Assalamualaikum pecinta puisi. Berikut ini adalah puisi anak karya anak SD Negeri Karanggeneng 01 Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang Semoga bermanfaat dan jangan lupa bahagia MERDEKA ATAU MATI (Bung Tomo) Oleh: Chika Frieda Nafeeza Kini, ku berjanji Akan meneruskan Perjuanganmu, Pahlawanku Berfikir demi kemajuan bangsa Melangkah demi terwujudnya Pancasila Dalam kehidupan berbangsa dan benegara CITA-CITAKU Oleh: Ana Fitrianingsih Aku ingin mengejar cita-citaku Tetapi banyak rintangan yang sulit Aku  berharap aku bisa menggapau cita-citaku Menunggu dewasa sejak lama Aku ingin menjadi Polwan agar lalu lintas terjaga Aku berharap semua orang menaati lalu lintas Aku ingin berguna untuk siapapun mereka Harus semangat untuk menggapai cita-citaku Agar berguna bagi Indonesia PANTANG MENYERAH Oleh: Lyla Salsabila Kehidupan itu tidak mudah Kehidupan butuh perjuangan Ayo kita bersungguh-sungguh Dalam melakukan sesuatu Kita harus belajar dengan giat Kita harus pantang menyerah Kita harus membantu

Contoh Makalah Kaidah Sistem Ejaan dan Penulisan Bahasa Indonesia

MAKALAH KAIDAH SISTEM EJAAN DAN PENULISAN BAHASA INDONESIA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

KD BAHASA INDONESIA 2

Dosen Pengampu : Fahmi Surya Adikara, S.Pd., M.Pd.

 

 


 



NAMA           : TONI AJI

NIM                : B.2019022

 


PROGRAM STUDI PGSD-S1

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH BATANG

2020

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar belakang

Seperti di ketahui kaidah ejaan mengatur penggunaan beragam lambang kebahasaan yang berdimensi luas. Secara umum orang menganggap bahwa ejaan berhubungan dengan melisankan bahasa. Hal itu terjadi karena orang terikat pada kata atau nama itu. Didalam bahasa, sebetulnya ejaan berhubungan dengan ragam bahasa tulis. Ejaan adalah cara menuliskan bahasa (kata atau kalimat) dengan menggunakan huruf dan tanda baca.Di dalam perkembangannya, bahasa Indonesia pernah menggunakan beberapa macam ejaan. Mulai tahun 1901, penulisan bahasa Indonesia (waktu itu masih bernama bahasaMelayu) dengan abjad Latin mengikuti aturan ejaan yang disebut Ejaan van Ophusyen.Peraturan ejaan itu digunakan sampai bulan Maret 1947, yaitu ketika dikeluarkan peraturan ejaan yang baru oleh Menteri Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan, Mr.Soewandi dengan Surat Keputusan No. 264/Bhg. A. tanggal 19 Maret 1947 (kemudian diperbaharui dengan lampiran pada Surat Keputusan tanggal 1 April 1947, No.345/Bhg. A). Peraturan ejaan yang baru itu disebut Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Pada saat ini bahasa Indonesia menggunakan ejaan yang disebut Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan mulai Agustus 1972, setelah diresmikan didalam pidato kenegaraan Presiden Suharto pada tanggal 16 Agustus 1972. Di dalampedoman itu diatur hal-hal mengenai (1) Pemakaian huruf, (2) Penulisan huruf, (3)Penulisan kata, (4) Penulisan unsur serapan.Berikut ini disajikan beberapa segi yang dirasakan belum mantap mengenai penerapan aturan ejaan seperti yang dikemukakan didalam pedoman itu, yaitu beberapa hal yang menyangkut pemakaian huruf, penulisan huruf, penulisan kata dan penulisan unsur serapan. Kaidah ejaan adalah keseluruhan peraturan tentang bagaimana menggunakan lambang-lambang bunyi bahasa dan bagaimana hubungan  antara lambang-lambang tersebut (pemisahan dan penggabungannya). Secara teknis, kaidah ejaan dan tanda baca adalah aturan-aturan mengenai penulisan huruf, penulisan kata, dan penulisan tanda baca.

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Sekilas tentang Ejaan Bahasa Indonesia

a.      Pengertian Ejaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 353) ejaan yaitu kaidah atau cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata , kalimat) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.dengan demikian secara sederhana dapat dikatakan bahawa ejaan adalah seperengkat kaidah tulis menulis yang meliputi kaidah penulisan huruf, kata dan tanda baca.

b.      Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia

Kalau kita melihat perkembangan bahasa Indonesia sejak dulu sampai sekarang, tidak terlepas dari perkembangan ejaannya. Kita ketahui bahwa beberapa ratus tahun yang lalu bahasa Indonesia belum disebut bahasa Indonesia, tetapi bahasa Melayu. Nama Indonesia itu baru datang kemudian. Kita masih ingat pada masa kerajaan Sriwijaya, Ada beberapa prasasti yang bertuliskan bahasa Melayu Kuno dengan memakai huruf Pallawa (India) yang banyak dipengaruhi bahasa Sanskerta, seperti  juga halnya bahasa Jawa Kuno. Jadi bahasa pada waktu itu belum menggunakan huruf Latin. Bahasa Melayu Kuno ini kemudian berkembang pada berbagai tempat di Indonesia, terutama pada masa Hindu dan masa awal kedatangan Islam (abad ke-13). Pedagang-pedagang Melayu yang berkekeliling di Indonesia memakai bahasa Melayu sebagai lingua franca , yakni bahasa komunikasi dalam perdagangan, pengajaran agama, serta hubungan antarnegara dalam bidang ekonomi dan politik.

 

Lingua franca ini secara merata berkembang di kota-kota pelabuhan yang menjadi pusat lalu lintas perdagangan. Banyak pedagang asing yang berusaha untuk mengetahui bahasa Melayu untuk kepentingan mereka. Bahasa Melayu ini mengalami pula penulisannya dengan huruf Arab yang juga berkembang menjadi huruf Arab-Melayu. Banyak karya sastra dan buku agama yang ditulis dengan huruf Arab-Melayu. Huruf ini juga dijadikan sebagai ejaan resmi bahasa Melayu sebelum mulai digunakannya huruf Latin atau huruf Romawi untuk penulisan bahasa Melayu, walaupun masih secara sangat terbatas.

 

daftar katayang disusun oleh pigafette merupakan contoh pertama dari bahasa melayu yang ditulis dalam huruf latin .

contoh:

Pigafetta                                                   Sekarang

Alla                                                            Allah

mishit                                                         Mesjid

anach                                                        anak

poran poan                                                perempuan

jdon                                                           hidung

tanghan                                                     tangan

salibu                                                         seribu

tujuppolo                                                   tujuh puluh


sebenarnya ejaan sebagaimana digunakan oleh pigafetta ini belumlah dapat disebut ejaan latin untuk bahasa melayu karena penulisnya berdasarkan pendengaran dan tangkapan pigafetta terhadap ucapan orang melayu yang kemudian dituliskan dalam ejaan huruf latin menurut ejaan italia.

selanjutnya, Joannes Roman mengelarkan pula Grondt ofte corte bericht van de malesche tale, 1653, yang dicetak tahun 1674, contoh:

Joannes Roman   Sekarang

jbab                       sebab  

elmou                    ilmu

kolouar                  keluar

ponja roema          punya rumah

malou                    malu

adda pon               adapun

ejaan Indonesia dalam huruf latin ini sampai lebih kurang tiga abad kemudian barulah mendapat perhatian untuk dibakukan yaitu, yaitu dengan adanya usaha penetapan ejaan yang dilakukan oleh Ch. A. van Ophuijsen (pemerintahan belanda), sepertiyang tercantum dalam Kiatab Logat Melajoe.

Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:

1.      Huruf  j  untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb

2.      Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.

3.      Tanda diakritik seperti koma, ain, dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ‘akal, ta’, pa’ , dinamai’, dsb

Keinginan untuk menyempurnakan ejaan van Ophuijsen terdengar dalam kongres Bahasa Indonesia I, 1938, disolo, yang Sembilan tahun kemudian baru terwujud dalam sebuah keputusan menteri pengajaran, pendidikan dan kebudayaan yaitu sbb:

van Ophuijsen 1901        Soewandi 1947

boekoe                               buku

ma’lum                              maklum

tida’                                   tidak

pende’                               pendek

 

ejaan ini lebih dikenal dengan nama ejaan Republik, ciri-ciri nya yaitu:

1.      Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur.

2.      Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata tak, pak, rakyat.

3.      Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2seperti pada kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.

4.      Awalan di- dan kata depan dikedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mendampinginya.

perkembangan selanjutnya ialah disetujuinya perjanjian persahabatan antara Republik Indonesia dan Persekutuan Tanah Melayu. Sebagai kelanjutan perjanjian ini dibentuk panitia bersama Indonesia-Melayu  yang kemudian menghasilkan suatu konsep ejaan bersama yang diberi nama Ejaan Melindo (Ejaan Melayu-Indonesia). Panitia Ejaan ini diketuai oleh Slamet muljana(Indonesia) dan Syed Nasir bin Ismail(persekutuan tanah melayu).

Kedua pemerintahan sepakat untukk meresmikan Ejaan Melindo selambat-lambatnya bulan Januari 1962. Akan tetapi, kesepakatan itu sempat tidak terwujud karena adanya konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia beberapa tahun kemudian.

Seperti yang disebut diatas yang menonjol dalm konsep ini adanya huruf-huruf baru atau huruf lama yang diberi tugas baru. Jika huruf-huruf  itu digunakan tentulah akan mendapat reaksi dari masyarakat karena huruf-huruf tersebut tidak ada dalam mesin ketik, kecuali c dan  j.

Ketidak setujuan atas konsep Melindo dikemukakan oleh Departeman Pendidikan dan kebudayaan, dalam hal ini Lembaga Bahasa dan Kesusastraan(LBK), yang pada tahun 1966 membentuk sebuah panitia dengan Anton M. Moeliono sebagai ketua. Lembaga ini mengusulkan sebuah konsep baru sebagai ganti konsep Melindo itu, konsep LBK sama sekali tidak menggunakan huruf-huruf baru. Akhirnya pihak Malaysia menerima konsep LBK dalam sebuah perundingan di Kuala Lumpur. Sejak itu mulai lagi usaha yang lebih pasti untuk mamasyarakatkan sistem ejaan baru, yang disebut Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan ejaan ini diresmikan pemakaiannya pada tanggal 16 Agustus 1972 Oleh Presiden Republik Indonesia. Peresmian itu berdasarkan Putusan Presiden No.57, Tahun 1972. Dengan EYD, ejaan dua bahasa yang serumpun, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia yang semakin dibakukan.


Indonesia

(pra-1972)

Malaysia

(pra-1972)

Sejak 1972

Tj

Ch

c

Dj

J

j

ch

Kh

kh

nj

Ny

ny

sj

Sh

sy

j

Y

y

oe

U

u

 

c.   Pengaruh terhadap perbendaharaan kata

Ada empat tempo penting dari hubungan kebudayaan indonesia dengan dunia luar  yang meninggalkan jejaknya pada perbendahraan kata Bahasa Indonesia.

Hindu(antara abad ke-6 sampai 15 M)

Sejumlah besar kata berasal dari Sanskerta Indo-Eropa.

Contoh: samudra, suami, istri, raja, putra, pura, kepala, mantra, cinta, kaca.

 

Islam (dimulai dari abad ke-13)

Pada tempo ini diambillah sejumlah besar kata dari bahasa Arab dan Persia.

Contoh: masjid, kalbu, kitab, kursi, doa, khusus, maaf, selamat, kertas.

 

Kolonial

Pada tempo ini ada beberapa bahasa yang diambil diantaranyayaitu dari portugis.

Contoh:gereja, sepatu, sabun, meja, jendela.

Dan belanda, contoh: asbak, kantor, poilisi, kualitas.

 

Paska kolonialisasi (kemerdekaan dan seterusnya)

Banyak kata yang diambil dari bahasa Inggris

Contoh: konsumen, isu.

Dan juga Neo-Sanskerta yaitu neologisme yang didasarkan pada bahasa Sanskerta.

Contoh: dasawarsa, lokakarya, tunasusila.

      Selain dari pada itu bahasa indonesia juga menyerap perbendaharaan kata dari tionghoa

Contoh: pisau, tauge, tahu, loteng, teko, tauke, cukong. Dan menyerap kata-kata dari bahasa lainnya.

 

B.  Cara Penulisan Huruf

1.      Pemakaian Huruf Kapital atau Huruf Besar

Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan terdapat lima belas kaidah penulisan huruf kapital. Berikut ini disajikan beberapa hal yang perlu diperhatikan:

a.    Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam menuliskan ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan, termasuk  kata ganti untuk Tuhan.

Contoh:

                     Alloh SWT                                      atas rahmat-Ku

                     Nabi Muhammad SAW                  dengan kuasa-Nya

                    Al Qur’an                                         dengan izin-Mu

Akan tetapi, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama untuk menuliskan kata-kata, seperti imam, makmum, doa, puasa, dan misa.

 

Contoh:

                     Ia diangkat menjadi imam masjid dikampungnya.

    Saya akan mengikuti misa digereja itu.

b.    Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.

Contoh:

                      Sultan Hasanuddin

                      Andi Pangeran Pettarani

                      Imam Hambali

                      Nabi Ibrahim

Akan tetapi, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.

Benar

Salah

ayahnya menunaikan

ibadah haji

sebagai seorang sultan

Ayahnya menunaikan

Ibadah Haji

Sebagai seorang Sultan

c.    Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang , nama instansi, atau nama tempat.

Contoh:

                     Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

                    Gubernur Syahrul Yasin Limpo

                    Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Huruf  kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.

Contoh:

Sebagai seorang gubernur yang baru, ia berkeliling di daerahnya untuk berkenalan dengan masyarakat yang dipimpinnya.

(bukan)

Sebagai seorang Gubernur yang baru, ia berkeliling di daerahnya untuk berkenalan dengan masyarakat yang dipimpinnya.

 

d.    Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.

Contoh:

                      bangsa Indonesia

                      suku Jawa

                      bahasa Mandar

Perhatikan penulisan berikut:

                      mengindonesiakan kata-kata asing

                      keinggris-inggrisan

e.    Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.

Contoh:

Benar

Salah

tahun Hijriah

tahun Masehi

bulan Agustus

Perang Diponegoro

Proklamasi Kemerdekaan

Republik Indonesia

Tahun Hijriah

Tahun Masehi

Bulan Agustus

perang Diponegoro

proklamasi kemerdekaan

republik Indonesia

 

f.     Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi.

Contoh:

Benar

Salah

Teluk Bone

Gunung Bawakaraeng

Danau Tempe

Selat Selayar

Sungai Jeneberang

Asia Tenggara

teluk Bone

gunung Bawakaraeng

danau Tempe

selat Selayar

sungai Jeneberang

asia tenggara


Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut:

                        Ia berlayar sampai ke teluk.

                        Jangan mandi di danau yang kotor.

                        Mereka menyeberangi selat yang dangkal.

g.    Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi.

Contoh:

                     Departemen Pendidikan Nasional

    Dewan Perwakilan Rakyat

    Undang-Undang Dasar

Perhatikan penulisan berikut:

Benar

                     Dia menjadi pegawai di salah satu departemen.

                     Menurut undang-undang, perbuatan itu dapat.

Salah

                     Dia menjadi pegawai di salah satu Departemen.

                     Menurut Undang-Undang, perbuatan itu dapat.

h.    Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penghubung kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaan.

Contoh:

Kapan Bapak berangkat?

Apakah itu, Bu?

Surat Saudara sudah saya terima.

Saya akan disuntik, Dok?

Di mana rumah Bu Hanifah?

 

Perhatikan penulisan berikut:

Benar

                     Kami sedang menunggu Bu Guru.

                     Rumah Pak Guru terlekat di tengah-tengah kota.

                     Menurut keterangan Bu Dokter penyakit saya tidak parah.

Salah

                     Dia menjadi pegawai di salah satu Departemen.

                     Menurut Undang-Undang, perbuatan itu dapat.

i.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda

Contoh:

Benar

                     Tahukah Anda bahwa gaji pegawai negeri dinaikkan?

                     Apakah kegemaran Anda?

Salah

                     Tahukah anda bahwa gaji pegawai negeri dinaikkan?

                     Apakah kegemaran anda?

1.    Pemakaian Huruf Miring

Huruf miring dalam cetakan, yang dalam tulisan tangan atau ketikan dinyatakan dengan tanda garis bawah, dinyatakan untuk (1) menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan (2) menegaskan atau mengkhususkan huruf , bagian kata, atau kelompok kata, dan (3) menuliskan kata nama-nama ilmiah, atau ungkapan asing, kecuali kata yang telah disesuaika ejaannya.

Contoh:

                        Sudahkah Anda membaca buku I La Galigo?

                        Majalah Dunia Pendidikan sangat digemari oleh guru.

                        Harian Fajar dapat merebut hati pembacanya.

                        Nama Latin untuk buah manggis adalah Carcinia Mangostana

 

 

 

  C.  Cara Penulisan Kata

Penulisan kata yang masih perlu diperhatikan sebagai berikut:

1.    Cara Penulisan Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

Contoh:

Ibu percaya bahwa engkau bisa

Kantor pajak penuh sesak

Buku itu sangat tebal

2.    Cara Penulisan Kata Turunan

a.    Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.

Contoh:

Dikelola                              Penetapan

Menengok                           Mempermainkan

b.    Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.

Contoh:

Bertepuk tangan                 Garis bawahi

Sebar luaskan

c.    Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.

Contoh:

Menggarisbawahi                Menyebarluaskan

Dilipatgandakan                 Penghancurleburan

d.    Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasa, gabungan kata itu ditulis serangkai.

Contoh:

Adipati                                Mahasiswa

Aerodinamika                     Mancanegara

Antarkota                            Narapidana

Audiogram                          Nonkolaborasi

Pancasila                             Bikarbonat

Biokimia                             Paripurna

Dasawarsa                           Poligami

Pramugari                            Dekameter

Prasangka                            Reinkarnasi

3.    Cara Penulisan Bentuk Kata Ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung   (-).

Contoh:

Anak-anak                   buku-buku

Hati-hati                      huru-hara

Biri-biri                        lauk-pauk

Mondar-mandir           porak-poranda

Kuda-kuda                  sayur-mayur

Ramah-tamah              tukar-menukar

Kupu-kupu                  tukar-menukar

Laba-laba                     terus-menerus

Mata-mata                   sia-sia

4.    Cara Penulisan Gabungan Kata

a.    Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.

Contoh:

Duta besar                           mata pelajaran

Orang tua                            simpang empat

Kambing hitam                   meja tulis

Persegi panjang                   rumah sakit umum

b.    Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.

Contoh:

Ibu-bapak kami                   anak-istri saya

c.    Gabungan kata berikut ditulis serangkai

Contoh:

Acapkali                              manakala

Adakalanya                         manasuka

Akhirulkalam                      mangkubumi

Alhamdulillah                     astagfirullah

Olahraga                             bagaimana

Padahal                               barangkali

Beasiswa                             peribahasa

Belasungkawa                     bismillah

Radioaktif                           saputangan

Daripada                             saripati

Kacamata                            sukarela

5.    Cara Penulisan Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya

Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan kata -ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Contoh:

Apa yang kumiliki boleh kauambil.

Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.

6.    Cara Penulisan Kata depan di, ke, dan dari

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.

Contoh:

Kain itu terletak di dalam lemari.

Bermalam semalam di sini.

Di mana Siti sekarang.

Mereka ada di rumah.

Mari kita berangkat ke pasar.

Catatan: kata-kata yang dicetak miring dibawah ini ditulis serangkai.

Contoh:

Si Amin lebih tua daripada Si Ahmad.

Ia masuk, lalu keluar lagi.

Bawa kemari gambar itu. 

7.    Cara Penulisan Kata si dan sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Contoh:

Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.

Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.

8.    Cara Penulisan Partikel

a.    Partikel –lah dan –kah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Contoh:

Bacalah buku itu baik-baik.

Makassar adalah tempat yang indah.

Siapakah gerangan dia?

b.    Partikel pun ditulis terpisah dari kata dari kata yang mendahuluinya.

Contoh:

Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.

Jika ibu pergi, adik pun ingin pergi. 

Catatan: kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kendatipun, maupun, meskipun, seklipun, sungguhpun, dan walaupun ditulis serangkai.

Contoh:

Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.

Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.

c.    Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.

 

Contoh:

Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.

Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.

Harga kain itu Rp 2.000.00 per helai.

 

 

9.        Cara Penulisan Angka dan Lambang Bilangan

a.    Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.

Contoh :

Angka Arab       : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

Angka Romawi  : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX

b.    Angka digunakan untuk menyatakan (1) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (2) satuan waktu, (3) nilai uang, dan (4) kuantitas.

Contoh:

0,5 sentimeter                 1 jam 20 menit

5 kilogram                      pukul 15.00

10 liter                            tahun 1928

c.    Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.

Contoh:

Jalan Sultan Alauddin II No.3

Hotel Indonesia, Kamar 23

d.    Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.

Contoh:

Bab I, Pasal 2, halaman 23

Surah Yasin: 9

e.    Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut:

Contoh:

1)   Bilangan utuh

Contoh:

Dua belas                                 12

Dua puluh dua                         22

2)   Bilangan pecahan

Contoh:

Setengah                                  ½

Tiga perempat                          ¾

Satu persen                              1%

f.     Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.

Contoh:

Paku Buwono X

Paku Buwono ke-10

Paku Buwono kesepuluh

                  

Bab II

Bab ke-2

Bab kedua

g.    Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara berikut (lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5).

Contoh:

Tahun ’50-an                    atau                 tahun lima puluhan

Uang 5000-an                   atau                 uang lima ribuan                    

h.    Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.

Contoh:

Amir menonton drama itu sampai tiga kali.

Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.

i.      Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.

Contoh:

Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.

Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.

Bukan:

15 orang tewas dalam kecelakaan itu.

Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.

j.      Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.

Contoh:

Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.

Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.

k.    Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.

Contoh:

Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai

Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.

Bukan:

Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.

Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.

l.      Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.

Contoh:

Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).

 

Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah.

10.                 Cara Penulisan Singkatan dan Akronim

a.    Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.

1)   Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat, atau pangkat diikuti dengan tanda titik.

Contoh:

A.S. Kramawijaya

Suman Hs.

M. Rais

Sukanto S.A.

M.B.A.                       master of business administration

M.Sc.                           master of science

S.E.                              sarjana ekonomi

Bpk.                             bapak

2)   Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.

Contoh:

DPR                             Dewan Perwakilan Rakyat

PGRI                           Persatuan Guru Rakyat Indonesia

GBHN                         Garis-Garis Besar Haluan Negara

KTP                             Kartu Tanda Penduduk

3)   Singkatan umum yang terdiri atas tiga kata atau lebih diikuti satu tanda titik.

Contoh:

dll.                               Dan lain-lain

dsb.                              Dan sebagainya

dst.                               Dan seterusnya

hlm.                              Halaman

sda.                              Sama dengan atas

Yth.                             Yang terhormat

 

Tetapi:

a.n.                               atas nama

d.a.                               dengan alamat

u.b.                               untuk beliau

u.p.                               untuk perhatian

4)   Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.

Contoh:

Cu                                kuprum

TNT                             trinitrotoluen

kVA                             kilovolt-ampere

kg                                 kilogram

Rp                                rupiah

b.    Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.

1)   Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.

Contoh:

ABRI               Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

LAN                Lembaga Administrasi Negara

SIM                 Surat Izin Mengemudi

2)   Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital

Contoh:

Akabri              Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

Bappenas         Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Kowani            Kongres Wanita Indonesia

3)   Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.

Contoh:

                       pemilu                          pemilihan umum

                       rapim                            rapat pimpinan

                             rudal                             peluru kendali

 

  D.  Cara Pemakaian Tanda Baca

1.    Tanda Titik (. )

a.       Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.

Misalnya: Ayahku tinggal di Solo.
                   Biarlah mereka duduk di sana.     

b.      Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.

  Misalnya:  A. S. Kramawijaya

c.       Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan

Misalnya: Dr.                   (Doktor)       

              S.Pd            (Sarjan Pendidikan)

              Yth              (Yang Terhormat)

              S.Ag            (Sarjana Agama)

 

2.      Tanda Titik Koma (; ) 

a.       Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian­bagian kalimat yang sejenis dan setara. 

Misalnya: Malam makin larut; kami belum selesai juga. 

b.      Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung. 

Misalnya: Ayah mengurus tanaman di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.         

3.      Tanda Titik Dua ( : ) 

a.       Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian. 

Misalnya: Yang kita perlukan sekarang ialah barang yang berikut: kursi,         meja, dan lemari.

b.      Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

   Misalnya:    a.  Ketua      : Ahmad Wijaya
                           Sekretaris : S. Handayani
                           Bendahara : B. Hartawan

 

4.      Tanda Hubung ( - ) 

a.       Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.

Misalnya:... ada cara ba­-                                                                                                                             ru juga          

b.      Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada

Misalnya:.. . cara baru meng­-                                                                                                                                                                                      ukur panas

Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.

c.       Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.

Misalnya:  anak-anak.

 

5.      Tanda Pisah ( - )

a.       Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan
  
khusus di luar bangun kalimat. 

Misalnya: Kemerdekaan bangsa itu -saya yakin akan tercapai- diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri. 

b.      Tanda pisah menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas. 

Misalnya: Rangkaian penemuan ini-evolusi, teori kenisbisan, dan kini juga pembedahan atom- tidak men­gubah konsepsi kita tentang alam semesta.

7.      Tanda Elipsis ( ... )
 

a.       Tanda elipsis menggambarkan kalimat yang terputus-putus.

 

Misalnya: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak. 

b.      Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan.

Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.

  1. Tanda Tanya ( ? )

a.       Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya
 Misalnya: Kapan ia berangkat?
                  Saudara tahu bukan?

b.      Tanda tanya dipakai di antara tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

Misalnya: la dilahirkan pada tahun 1683 (?).

Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang. 

  1. Tanda Seru (!) 

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah, atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat. 

Misalnya: Alangkah seramnya peristiwa itu!
                    Bersihkan kamar ini sekarang juga! 

  1. Tanda Kurung (   ) 

a.       Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. 

Misalnya: DIP (Daftar Isian Proyek) kantor itu sudah selesai. 

b.      Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan. 

Misalnya:  Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962

c.       Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri keterangan. Angka atau huruf itu dapat juga diikuti oleh kurung tutup saja.

Misalnya:  Faktor-faktor produksi menyangkut masalah berikut:
               (a) alam,
               (b) tenaga kerja, dan
               (c) modal.

  1. Tanda Kurung Siku ([... ]) 

Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu jadi isyarat bahwa kesalahan itu memang terdapat di dalam naskah asal.         

Misalnya: Sang Sapurba men[d] engar bunyi gemerisik. 

12.  Tanda Petik ("... ") 

a.       Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.  

Misalnya:  "Sudah siap?" tanya Awal.
              "Saya belum siap," seru Mira, "tunggu sebentar!" 

b.      Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat. 

Misalnya:  Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat

13.  Tanda Petik Tunggal ( ' ... ' ) 

a.       Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.       

Misalnya:  Tanya Basri, "Kaudengar bunyi 'kring-kring' tadi?

b.      Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing (Lihat pemakaian tanada kurung) 

Misalnya:  rate of inflation          ’laju inflasi’ 

14.  Tanda Ulang ( ...2 ) (angka 2 biasa) 

Tanda ulang dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk menyatakan pengulangan kata dasar.           

Misalnya:  kata2

15.  Tanda Garis Miring ( / ) 

a.       Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat

Misalnya: No. 7/PK/1973 

b.      Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau nomor alamat. 

Misalnya:  mahasiswa/mahasiswi
              harganya Rp 15,00/lembar
              Jalan Daksinapati IV/3 

 

  

BAB III

PENUTUP

 

A.  Kesimpulan

Kesimpulan pada makalah ini adalah sebagai berikut:

1.    Pemakaian huruf sesuai dengan pedoman EYD diantaranya yaitu huruf abjad, huruf vokal, huruf konsonan, huruf diftong, dan pemenggalan kata.

2.    Penulisan huruf sesuai dengan pedoman EYD meliputi huruf kapital dan huruf miring. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam menuliskan ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan, termasuk  kata ganti untuk Tuhan dan lain sebagainya. Huruf miring dalam cetakan, yang dalam tulisan tangan atau ketikan dinyatakan dengan tanda garis bawah, dinyatakan untuk (1) menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan (2) menegaskan atau mengkhususkan huruf , bagian kata, atau kelompok kata, dan (3) menuliskan kata nama-nama ilmiah, atau ungkapan asing, kecuali kata yang telah disesuaika ejaannya

3.    Penulisan kata sesuai dengan pedoman EYD meliputi kata dasar, kata turunan, bentuk ulang, kata ganti, kata depan, partikel, singkatan, angka dan lambang bilangan.


DAFTAR PUSTAKA

Mustakim. 1992. Tanya Jawab Ejaan Bahasa Indonesia: untuk Umum.Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama.

Departemen Pendidikan Nasional. 1996. Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

__________.2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Lukman, Ali. 2000. Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.

Tarigan, Henry Guntur. 1984. Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa.

Depdikbud. 2008. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Hi-Fest Publishing.

Tim Pusat Bahasa. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka.

Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia. 2004. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnan.Jakarta: Pusat Bahasa.

J.S Badudu; 1986, Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar, Gramedia. Jakarta.

     

Komentar

Postingan Populer