Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Contoh Makalah Kaidah Sistem Ejaan dan Penulisan Bahasa Indonesia
MAKALAH KAIDAH SISTEM
EJAAN DAN PENULISAN BAHASA INDONESIA
Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
KD BAHASA INDONESIA 2
Dosen Pengampu : Fahmi
Surya Adikara, S.Pd., M.Pd.
NAMA : TONI AJI
NIM : B.2019022
PROGRAM STUDI PGSD-S1
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH BATANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Seperti di ketahui kaidah ejaan
mengatur penggunaan beragam lambang kebahasaan yang berdimensi luas. Secara
umum orang menganggap bahwa ejaan berhubungan dengan melisankan bahasa. Hal itu
terjadi karena orang terikat pada kata atau nama itu. Didalam bahasa,
sebetulnya ejaan berhubungan dengan ragam bahasa tulis. Ejaan adalah cara menuliskan bahasa (kata atau
kalimat) dengan menggunakan huruf dan tanda baca.Di dalam perkembangannya,
bahasa Indonesia pernah menggunakan beberapa macam ejaan. Mulai tahun 1901, penulisan
bahasa Indonesia (waktu itu masih bernama bahasaMelayu) dengan abjad Latin
mengikuti aturan ejaan yang disebut Ejaan van Ophusyen.Peraturan ejaan itu
digunakan sampai bulan Maret 1947, yaitu ketika dikeluarkan peraturan ejaan yang baru oleh Menteri
Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan, Mr.Soewandi dengan Surat Keputusan No.
264/Bhg. A. tanggal 19 Maret 1947 (kemudian diperbaharui dengan lampiran pada Surat Keputusan tanggal 1
April 1947, No.345/Bhg. A). Peraturan ejaan yang baru itu disebut Ejaan
Republik atau Ejaan Soewandi.
Pada saat ini bahasa Indonesia menggunakan ejaan yang disebut Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
mulai Agustus 1972, setelah diresmikan didalam pidato kenegaraan Presiden
Suharto pada tanggal 16 Agustus 1972. Di dalampedoman itu
diatur hal-hal mengenai (1) Pemakaian huruf, (2) Penulisan huruf, (3)Penulisan
kata, (4) Penulisan unsur serapan.Berikut ini disajikan beberapa segi yang dirasakan
belum mantap mengenai penerapan aturan ejaan seperti yang dikemukakan didalam
pedoman itu, yaitu beberapa hal yang menyangkut pemakaian huruf, penulisan huruf,
penulisan kata dan penulisan unsur serapan. Kaidah ejaan adalah keseluruhan
peraturan tentang bagaimana menggunakan lambang-lambang bunyi bahasa dan
bagaimana hubungan antara
lambang-lambang tersebut (pemisahan dan penggabungannya). Secara teknis, kaidah
ejaan dan tanda baca adalah aturan-aturan mengenai penulisan huruf, penulisan
kata, dan penulisan tanda baca.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Sekilas
tentang Ejaan Bahasa Indonesia
a.
Pengertian
Ejaan
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2008: 353) ejaan yaitu kaidah atau cara menggambarkan
bunyi-bunyi (kata , kalimat) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta
penggunaan tanda baca.dengan demikian secara sederhana dapat
dikatakan bahawa ejaan adalah seperengkat kaidah tulis menulis yang meliputi
kaidah penulisan huruf, kata dan tanda baca.
b.
Sejarah
Ejaan Bahasa Indonesia
Kalau kita melihat perkembangan bahasa Indonesia sejak dulu sampai
sekarang, tidak terlepas dari perkembangan ejaannya. Kita ketahui bahwa
beberapa ratus tahun yang lalu bahasa Indonesia belum disebut bahasa Indonesia,
tetapi bahasa Melayu. Nama Indonesia itu baru datang kemudian. Kita masih ingat
pada masa kerajaan Sriwijaya, Ada beberapa prasasti yang bertuliskan bahasa
Melayu Kuno dengan memakai huruf Pallawa (India) yang banyak dipengaruhi bahasa
Sanskerta, seperti juga halnya bahasa Jawa Kuno. Jadi bahasa pada waktu
itu belum menggunakan huruf Latin. Bahasa Melayu Kuno ini kemudian berkembang
pada berbagai tempat di Indonesia, terutama pada masa Hindu dan masa awal
kedatangan Islam (abad ke-13). Pedagang-pedagang Melayu yang berkekeliling di
Indonesia memakai bahasa Melayu sebagai lingua franca , yakni bahasa
komunikasi dalam perdagangan, pengajaran agama, serta hubungan antarnegara
dalam bidang ekonomi dan politik.
Lingua franca ini secara merata berkembang di
kota-kota pelabuhan yang menjadi pusat lalu lintas perdagangan. Banyak pedagang
asing yang berusaha untuk mengetahui bahasa Melayu untuk kepentingan mereka.
Bahasa Melayu ini mengalami pula penulisannya dengan huruf Arab yang
juga berkembang menjadi huruf Arab-Melayu. Banyak karya sastra dan buku
agama yang ditulis dengan huruf Arab-Melayu. Huruf ini juga dijadikan sebagai
ejaan resmi bahasa Melayu sebelum mulai digunakannya huruf Latin atau huruf
Romawi untuk penulisan bahasa Melayu, walaupun masih secara sangat terbatas.
daftar katayang disusun oleh pigafette merupakan contoh pertama dari bahasa
melayu yang ditulis dalam huruf latin .
contoh:
Pigafetta Sekarang
Alla Allah
mishit Mesjid
anach anak
poran poan perempuan
jdon hidung
tanghan tangan
salibu seribu
tujuppolo tujuh puluh
sebenarnya ejaan
sebagaimana digunakan oleh pigafetta ini belumlah dapat disebut ejaan latin
untuk bahasa melayu karena penulisnya berdasarkan pendengaran dan tangkapan
pigafetta terhadap ucapan orang melayu yang kemudian dituliskan dalam ejaan
huruf latin menurut ejaan italia.
selanjutnya, Joannes Roman mengelarkan pula Grondt
ofte corte bericht van de malesche tale, 1653, yang dicetak tahun 1674,
contoh:
Joannes Roman Sekarang
jbab sebab
elmou ilmu
kolouar keluar
ponja roema punya
rumah
malou malu
adda pon adapun
ejaan Indonesia dalam
huruf latin ini sampai lebih kurang tiga abad kemudian barulah mendapat
perhatian untuk dibakukan yaitu, yaitu dengan adanya usaha penetapan ejaan yang
dilakukan oleh Ch. A. van Ophuijsen (pemerintahan belanda), sepertiyang
tercantum dalam Kiatab Logat Melajoe.
Ciri-ciri
dari ejaan ini yaitu:
1. Huruf j
untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb
2. Huruf
oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.
3. Tanda
diakritik seperti koma, ain, dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata
ma’moer, ‘akal, ta’, pa’ , dinamai’, dsb
Keinginan
untuk menyempurnakan ejaan van Ophuijsen terdengar dalam kongres Bahasa
Indonesia I, 1938, disolo, yang Sembilan tahun kemudian baru terwujud dalam
sebuah keputusan menteri pengajaran, pendidikan dan kebudayaan yaitu sbb:
van Ophuijsen 1901 Soewandi
1947
boekoe buku
ma’lum maklum
tida’ tidak
pende’
pendek
ejaan
ini lebih dikenal dengan nama ejaan Republik, ciri-ciri nya yaitu:
1.
Huruf
oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur.
2.
Bunyi
hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata tak, pak, rakyat.
3.
Kata
ulang boleh ditulis dengan angka 2seperti pada kanak2, ber-jalan2,
ke-barat2-an.
4.
Awalan
di- dan kata depan dikedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mendampinginya.
perkembangan
selanjutnya ialah disetujuinya perjanjian persahabatan antara Republik
Indonesia dan Persekutuan Tanah Melayu. Sebagai kelanjutan perjanjian ini
dibentuk panitia bersama Indonesia-Melayu
yang kemudian menghasilkan suatu konsep ejaan bersama yang diberi nama Ejaan
Melindo (Ejaan Melayu-Indonesia). Panitia Ejaan ini diketuai oleh Slamet
muljana(Indonesia) dan Syed Nasir bin Ismail(persekutuan tanah melayu).
Kedua
pemerintahan sepakat untukk meresmikan Ejaan Melindo selambat-lambatnya bulan
Januari 1962. Akan tetapi, kesepakatan itu sempat tidak terwujud karena adanya
konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia beberapa tahun kemudian.
Seperti
yang disebut diatas yang menonjol dalm konsep ini adanya huruf-huruf baru atau
huruf lama yang diberi tugas baru. Jika huruf-huruf itu digunakan tentulah akan mendapat reaksi
dari masyarakat karena huruf-huruf tersebut tidak ada dalam mesin ketik,
kecuali c dan j.
Ketidak
setujuan atas konsep Melindo dikemukakan oleh Departeman Pendidikan dan
kebudayaan, dalam hal ini Lembaga Bahasa dan Kesusastraan(LBK), yang pada tahun
1966 membentuk sebuah panitia dengan Anton M. Moeliono sebagai ketua. Lembaga
ini mengusulkan sebuah konsep baru sebagai ganti konsep Melindo itu, konsep LBK
sama sekali tidak menggunakan huruf-huruf baru. Akhirnya pihak Malaysia
menerima konsep LBK dalam sebuah perundingan di Kuala Lumpur. Sejak itu mulai
lagi usaha yang lebih pasti untuk mamasyarakatkan sistem ejaan baru, yang
disebut Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan ejaan ini diresmikan
pemakaiannya pada tanggal 16 Agustus 1972 Oleh Presiden Republik Indonesia.
Peresmian itu berdasarkan Putusan Presiden No.57, Tahun 1972. Dengan EYD, ejaan
dua bahasa yang serumpun, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia yang semakin
dibakukan.
Indonesia (pra-1972) |
Malaysia (pra-1972) |
Sejak 1972 |
Tj |
Ch |
c |
Dj |
J |
j |
ch |
Kh |
kh |
nj |
Ny |
ny |
sj |
Sh |
sy |
j |
Y |
y |
oe |
U |
u |
c. Pengaruh
terhadap perbendaharaan kata
Ada
empat tempo penting dari hubungan kebudayaan indonesia dengan dunia luar yang meninggalkan jejaknya pada perbendahraan
kata Bahasa Indonesia.
Hindu(antara abad ke-6 sampai 15
M)
Sejumlah
besar kata berasal dari Sanskerta Indo-Eropa.
Contoh:
samudra, suami, istri, raja, putra, pura, kepala, mantra, cinta, kaca.
Islam (dimulai dari abad ke-13)
Pada
tempo ini diambillah sejumlah besar kata dari bahasa Arab dan Persia.
Contoh:
masjid, kalbu, kitab, kursi, doa, khusus, maaf, selamat, kertas.
Kolonial
Pada
tempo ini ada beberapa bahasa yang diambil diantaranyayaitu dari portugis.
Contoh:gereja,
sepatu, sabun, meja, jendela.
Dan
belanda, contoh: asbak, kantor, poilisi, kualitas.
Paska kolonialisasi (kemerdekaan dan seterusnya)
Banyak
kata yang diambil dari bahasa Inggris
Contoh:
konsumen, isu.
Dan
juga Neo-Sanskerta yaitu neologisme yang didasarkan pada bahasa Sanskerta.
Contoh:
dasawarsa, lokakarya, tunasusila.
Selain dari pada itu bahasa indonesia juga
menyerap perbendaharaan kata dari tionghoa
Contoh:
pisau, tauge, tahu, loteng, teko, tauke, cukong. Dan menyerap kata-kata dari
bahasa lainnya.
B. Cara Penulisan Huruf
1.
Pemakaian
Huruf Kapital atau Huruf Besar
Dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan terdapat lima belas kaidah penulisan huruf
kapital. Berikut ini disajikan beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam menuliskan ungkapan yang
berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Contoh:
Alloh
SWT atas
rahmat-Ku
Nabi
Muhammad SAW dengan
kuasa-Nya
Al
Qur’an dengan
izin-Mu
Akan tetapi, huruf kapital tidak dipakai
sebagai huruf pertama untuk menuliskan kata-kata, seperti imam, makmum, doa, puasa,
dan misa.
Contoh:
Ia diangkat menjadi imam masjid dikampungnya.
Saya akan mengikuti misa digereja itu.
b. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh:
Sultan Hasanuddin
Andi Pangeran Pettarani
Imam Hambali
Nabi Ibrahim
Akan tetapi, huruf kapital tidak dipakai
sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang
tidak diikuti nama orang.
Benar |
Salah |
ayahnya menunaikan ibadah haji sebagai seorang sultan |
Ayahnya menunaikan Ibadah Haji Sebagai seorang Sultan |
c. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang diikuti
nama orang , nama instansi, atau nama tempat.
Contoh:
Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono
Gubernur
Syahrul Yasin Limpo
Rektor
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama jabatan dan pangkat yang
tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Contoh:
Sebagai seorang gubernur yang baru, ia berkeliling di daerahnya untuk berkenalan
dengan masyarakat yang dipimpinnya.
(bukan)
Sebagai seorang Gubernur yang baru, ia berkeliling di daerahnya untuk berkenalan
dengan masyarakat yang dipimpinnya.
d. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.
Contoh:
bangsa Indonesia
suku Jawa
bahasa Mandar
Perhatikan penulisan
berikut:
mengindonesiakan kata-kata asing
keinggris-inggrisan
e. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa sejarah.
Contoh:
Benar |
Salah |
tahun Hijriah tahun Masehi bulan Agustus Perang Diponegoro Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia |
Tahun Hijriah Tahun Masehi Bulan Agustus perang Diponegoro proklamasi
kemerdekaan republik Indonesia |
f. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi.
Contoh:
Benar |
Salah |
Teluk Bone Gunung Bawakaraeng Danau Tempe Selat Selayar Sungai Jeneberang Asia Tenggara |
teluk Bone gunung Bawakaraeng danau Tempe selat Selayar sungai Jeneberang asia tenggara |
Akan tetapi, perhatikan
penulisan berikut:
Ia berlayar sampai ke teluk.
Jangan mandi di danau yang kotor.
Mereka menyeberangi selat yang dangkal.
g. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintahan
dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi.
Contoh:
Departemen Pendidikan Nasional
Dewan Perwakilan Rakyat
Undang-Undang Dasar
Perhatikan penulisan
berikut:
Benar
Dia menjadi pegawai di salah satu departemen.
Menurut undang-undang,
perbuatan itu dapat.
Salah
Dia menjadi pegawai di salah satu Departemen.
Menurut Undang-Undang,
perbuatan itu dapat.
h. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penghubung kekerabatan, seperti
bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai sebagai kata ganti
atau sapaan.
Contoh:
Kapan Bapak berangkat?
Apakah itu, Bu?
Surat Saudara sudah saya terima.
Saya akan disuntik, Dok?
Di mana rumah Bu Hanifah?
Perhatikan penulisan
berikut:
Benar
Kami sedang menunggu Bu Guru.
Rumah Pak
Guru terlekat di tengah-tengah kota.
Menurut keterangan Bu Dokter penyakit saya tidak parah.
Salah
Dia menjadi pegawai di salah satu Departemen.
Menurut Undang-Undang,
perbuatan itu dapat.
i. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Contoh:
Benar
Tahukah Anda
bahwa gaji pegawai negeri dinaikkan?
Apakah kegemaran Anda?
Salah
Tahukah anda
bahwa gaji pegawai negeri dinaikkan?
Apakah kegemaran anda?
1.
Pemakaian
Huruf Miring
Huruf miring dalam cetakan, yang dalam
tulisan tangan atau ketikan dinyatakan dengan tanda garis bawah, dinyatakan
untuk (1) menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
karangan (2) menegaskan atau mengkhususkan huruf , bagian kata, atau kelompok
kata, dan (3) menuliskan kata nama-nama ilmiah, atau ungkapan asing, kecuali
kata yang telah disesuaika ejaannya.
Contoh:
Sudahkah
Anda membaca buku I La Galigo?
Majalah
Dunia Pendidikan sangat digemari oleh
guru.
Harian Fajar dapat merebut hati pembacanya.
Nama
Latin untuk buah manggis adalah Carcinia
Mangostana
C. Cara Penulisan Kata
Penulisan kata yang masih
perlu diperhatikan sebagai berikut:
1.
Cara Penulisan Kata
Dasar
Kata yang berupa kata
dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Contoh:
Ibu percaya bahwa engkau bisa
Kantor pajak penuh sesak
Buku itu sangat tebal
2.
Cara Penulisan Kata
Turunan
a. Imbuhan
(awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh:
Dikelola Penetapan
Menengok Mempermainkan
b. Jika
bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan
kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Contoh:
Bertepuk
tangan Garis bawahi
Sebar luaskan
c. Jika
bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh:
Menggarisbawahi Menyebarluaskan
Dilipatgandakan Penghancurleburan
d. Jika
salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasa, gabungan kata itu
ditulis serangkai.
Contoh:
Adipati Mahasiswa
Aerodinamika Mancanegara
Antarkota Narapidana
Audiogram Nonkolaborasi
Pancasila Bikarbonat
Biokimia Paripurna
Dasawarsa Poligami
Pramugari Dekameter
Prasangka Reinkarnasi
3.
Cara Penulisan Bentuk
Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan
menggunakan tanda hubung (-).
Contoh:
Anak-anak buku-buku
Hati-hati huru-hara
Biri-biri lauk-pauk
Mondar-mandir porak-poranda
Kuda-kuda sayur-mayur
Ramah-tamah tukar-menukar
Kupu-kupu tukar-menukar
Laba-laba terus-menerus
Mata-mata sia-sia
4.
Cara Penulisan Gabungan
Kata
a. Gabungan
kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya
ditulis terpisah.
Contoh:
Duta besar mata pelajaran
Orang tua simpang empat
Kambing hitam meja tulis
Persegi panjang rumah sakit umum
b. Gabungan
kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian,
dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur
yang bersangkutan.
Contoh:
Ibu-bapak
kami anak-istri saya
c. Gabungan
kata berikut ditulis serangkai
Contoh:
Acapkali manakala
Adakalanya manasuka
Akhirulkalam mangkubumi
Alhamdulillah astagfirullah
Olahraga bagaimana
Padahal barangkali
Beasiswa peribahasa
Belasungkawa bismillah
Radioaktif saputangan
Daripada saripati
Kacamata sukarela
5.
Cara Penulisan Kata
Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis
serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan kata -ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Contoh:
Apa yang kumiliki boleh kauambil.
Bukuku,
bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
6.
Cara Penulisan Kata
depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai
satu kata seperti kepada dan daripada.
Contoh:
Kain itu terletak di dalam lemari.
Bermalam semalam di sini.
Di
mana Siti sekarang.
Mereka ada di rumah.
Mari kita berangkat ke pasar.
Catatan: kata-kata yang
dicetak miring dibawah ini ditulis serangkai.
Contoh:
Si Amin lebih tua daripada Si Ahmad.
Ia masuk, lalu keluar lagi.
Bawa kemari
gambar itu.
7.
Cara Penulisan Kata
si dan sang
Kata si dan sang ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh:
Harimau itu marah sekali
kepada sang Kancil.
Surat itu dikirimkan
kembali kepada si pengirim.
8.
Cara Penulisan Partikel
a. Partikel
–lah dan –kah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Bacalah
buku itu baik-baik.
Makassar adalah tempat yang indah.
Siapakah
gerangan dia?
b. Partikel
pun ditulis terpisah dari kata dari
kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
Jika ibu pergi, adik pun ingin pergi.
Catatan: kelompok yang lazim dianggap
padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kendatipun,
maupun, meskipun, seklipun, sungguhpun, dan walaupun ditulis serangkai.
Contoh:
Adapun
sebab-sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun
juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.
c. Partikel
per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan
‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
Contoh:
Pegawai negeri mendapat
kenaikan gaji per 1 April.
Mereka masuk ke dalam ruangan
satu per satu.
Harga kain itu Rp
2.000.00 per helai.
9.
Cara Penulisan Angka
dan Lambang Bilangan
a. Angka
dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim
digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Contoh :
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX
b. Angka
digunakan untuk menyatakan (1) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (2) satuan
waktu, (3) nilai uang, dan (4) kuantitas.
Contoh:
0,5 sentimeter 1 jam 20 menit
5 kilogram pukul 15.00
10 liter tahun 1928
c. Angka
lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada
alamat.
Contoh:
Jalan Sultan Alauddin II
No.3
Hotel Indonesia, Kamar 23
d. Angka
digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Contoh:
Bab I, Pasal 2, halaman
23
Surah Yasin: 9
e. Penulisan
lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut:
Contoh:
1) Bilangan
utuh
Contoh:
Dua belas 12
Dua puluh dua 22
2) Bilangan
pecahan
Contoh:
Setengah ½
Tiga perempat ¾
Satu persen 1%
f. Penulisan
lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Contoh:
Paku Buwono X
Paku Buwono ke-10
Paku Buwono kesepuluh
Bab II
Bab ke-2
Bab kedua
g. Penulisan
lambang bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara berikut (lihat juga
keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5).
Contoh:
Tahun ’50-an atau tahun lima
puluhan
Uang 5000-an atau uang lima
ribuan
h. Lambang
bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf
kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam
perincian dan pemaparan.
Contoh:
Amir menonton drama itu
sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
i. Lambang
bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat
diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata
tidak terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
Lima
belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
Bukan:
15
orang tewas dalam kecelakaan itu.
Dua
ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.
j. Angka
yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih
mudah dibaca.
Contoh:
Perusahaan itu baru saja
mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk Indonesia
berjumlah lebih dari 120 juta orang.
k. Bilangan
tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di
dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Contoh:
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Bukan:
Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan
majalah.
l. Jika
bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Contoh:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar
Rp 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh
sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar
999,75 (sembilan ratus sembilan puluh
sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah.
10.
Cara Penulisan Singkatan dan Akronim
a. Singkatan
ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
1) Singkatan
nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat, atau pangkat diikuti
dengan tanda titik.
Contoh:
A.S. Kramawijaya
Suman Hs.
M. Rais
Sukanto S.A.
M.B.A. master of business administration
M.Sc. master of science
S.E. sarjana ekonomi
Bpk. bapak
2) Singkatan
nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta
nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf
kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Contoh:
DPR Dewan Perwakilan
Rakyat
PGRI Persatuan Guru Rakyat
Indonesia
GBHN Garis-Garis Besar
Haluan Negara
KTP Kartu Tanda
Penduduk
3) Singkatan
umum yang terdiri atas tiga kata atau lebih diikuti satu tanda titik.
Contoh:
dll. Dan lain-lain
dsb. Dan sebagainya
dst. Dan
seterusnya
hlm. Halaman
sda. Sama dengan atas
Yth. Yang terhormat
Tetapi:
a.n. atas nama
d.a. dengan alamat
u.b. untuk beliau
u.p. untuk perhatian
4) Lambang
kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti
tanda titik.
Contoh:
Cu kuprum
TNT trinitrotoluen
kVA kilovolt-ampere
kg kilogram
Rp rupiah
b. Akronim
ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
1) Akronim
nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya
dengan huruf kapital.
Contoh:
ABRI
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
LAN Lembaga Administrasi Negara
SIM Surat Izin Mengemudi
2) Akronim
nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari
deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital
Contoh:
Akabri Akademi Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Kowani Kongres Wanita Indonesia
3) Akronim
yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Contoh:
pemilu pemilihan umum
rapim rapat pimpinan
rudal peluru
kendali
D. Cara Pemakaian Tanda Baca
1.
Tanda
Titik (. )
a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan
pertanyaan atau seruan.
Misalnya: Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.
b. Tanda titik dipakai pada akhir
singkatan nama orang.
Misalnya: A. S. Kramawijaya
c. Tanda titik dipakai pada akhir
singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan
Misalnya: Dr.
(Doktor)
S.Pd (Sarjan Pendidikan)
Yth (Yang Terhormat)
S.Ag (Sarjana Agama)
2.
Tanda
Titik Koma (; )
a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan
bagianbagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya: Malam
makin larut; kami belum selesai juga.
b. Tanda titik koma dapat dipakai untuk
memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat
majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Misalnya: Ayah mengurus tanaman di
kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan
nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.
3.
Tanda Titik Dua ( : )
a. Tanda titik dua dipakai pada akhir
suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya: Yang kita perlukan sekarang ialah
barang yang berikut:
kursi, meja, dan lemari.
b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata
atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya: a.
Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : S. Handayani
Bendahara : B. Hartawan
4.
Tanda Hubung ( - )
a. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:... ada cara ba-
ru juga
b.
Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata
di depannya pada
Misalnya:..
. cara baru meng-
ukur
panas
Akhiran -i tidak
dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja
pada pangkal baris.
c. Tanda hubung menyambung unsur-unsur
kata ulang.
Misalnya:
anak-anak.
5.
Tanda Pisah ( - )
a. Tanda pisah membatasi penyisipan
kata atau kalimat yang memberi penjelasan
khusus di luar bangun kalimat.
Misalnya: Kemerdekaan bangsa itu -saya yakin akan tercapai- diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
b. Tanda pisah menegaskan adanya aposisi atau keterangan
yang lain sehingga kalimat menjadi lebih
jelas.
Misalnya:
Rangkaian penemuan ini-evolusi, teori kenisbisan, dan kini juga pembedahan
atom- tidak mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
7. Tanda Elipsis ( ... )
a. Tanda elipsis menggambarkan kalimat
yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
b. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam
suatu petikan ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
- Tanda Tanya ( ? )
a. Tanda tanya dipakai pada akhir
kalimat tanya
Misalnya: Kapan ia berangkat?
Saudara tahu bukan?
b. Tanda tanya dipakai di antara tanda
kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya: la dilahirkan pada tahun
1683 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
- Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai
sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah, atau yang
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah seramnya peristiwa itu!
Bersihkan kamar ini sekarang juga!
- Tanda Kurung ( )
a. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau
penjelasan.
Misalnya:
DIP (Daftar Isian Proyek) kantor itu sudah selesai.
b. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan
bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya: Sajak
Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali)
ditulis pada tahun 1962
c. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci
satu seri keterangan. Angka atau huruf itu dapat juga diikuti oleh kurung tutup
saja.
Misalnya:
Faktor-faktor produksi menyangkut masalah berikut:
(a) alam,
(b) tenaga kerja, dan
(c) modal.
- Tanda Kurung Siku ([... ])
Tanda
kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang
ditulis orang lain. Tanda itu jadi isyarat bahwa kesalahan itu memang terdapat di dalam naskah
asal.
Misalnya:
Sang Sapurba men[d] engar bunyi gemerisik.
12. Tanda Petik ("... ")
a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda petik itu
ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
Misalnya:
"Sudah siap?" tanya Awal.
"Saya belum siap," seru Mira, "tunggu
sebentar!"
b. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu
Tempat.
13. Tanda Petik Tunggal ( ' ... ' )
a. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di
dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya Basri, "Kaudengar bunyi 'kring-kring' tadi?
b. Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan
kata atau ungkapan asing (Lihat pemakaian tanada kurung)
Misalnya: rate
of inflation ’laju
inflasi’
14. Tanda Ulang ( ...2 ) (angka 2 biasa)
Tanda ulang dapat
dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk menyatakan pengulangan kata
dasar.
Misalnya: kata2
15. Tanda Garis Miring ( / )
a. Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat.
Misalnya:
No. 7/PK/1973
b. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan,
atau, per, atau nomor alamat.
Misalnya:
mahasiswa/mahasiswi
harganya Rp 15,00/lembar
Jalan Daksinapati IV/3
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada makalah
ini adalah sebagai berikut:
1. Pemakaian huruf
sesuai dengan pedoman EYD diantaranya yaitu huruf abjad, huruf vokal, huruf
konsonan, huruf diftong, dan pemenggalan kata.
2. Penulisan huruf
sesuai dengan pedoman EYD meliputi huruf kapital dan huruf miring. Huruf
kapital dipakai
sebagai huruf pertama dalam menuliskan ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal
keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan, termasuk
kata ganti untuk Tuhan dan lain sebagainya. Huruf miring dalam cetakan,
yang dalam tulisan tangan atau ketikan dinyatakan dengan tanda garis bawah,
dinyatakan untuk (1) menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang
dikutip dalam karangan (2) menegaskan atau mengkhususkan huruf , bagian kata,
atau kelompok kata, dan (3) menuliskan kata nama-nama ilmiah, atau ungkapan
asing, kecuali kata yang telah disesuaika ejaannya
3. Penulisan kata
sesuai dengan pedoman EYD meliputi kata dasar, kata turunan, bentuk ulang, kata
ganti, kata depan, partikel, singkatan, angka dan lambang bilangan.
DAFTAR
PUSTAKA
Mustakim.
1992. Tanya Jawab Ejaan Bahasa Indonesia: untuk Umum.Jakarta:PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Departemen
Pendidikan Nasional. 1996. Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
__________.2008.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Lukman,
Ali. 2000. Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa,
Departemen Pendidikan Nasional.
Tarigan,
Henry Guntur. 1984. Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa.
Depdikbud.
2008. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta:
Hi-Fest Publishing.
Tim
Pusat Bahasa. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Jakarta: Balai Pustaka.
Panitia Pengembangan Bahasa
Indonesia. 2004. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnan.Jakarta:
Pusat Bahasa.
J.S Badudu; 1986, Inilah Bahasa
Indonesia Yang Benar, Gramedia. Jakarta.
Postingan Populer
Contoh AD ART IKASKA (Ikatan Alumni SMK Negeri 1 Kandeman)
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar